Biarkan aku teruskan,
berlembar-lembar kertas putih dengan coretan-coretan hitam yang tak
semua benar-benar hitam. Biarkan aku membacanya, ketika hujan mulai
rintik di sela kali yang hanya sepanjang utas kail. Biarkan aku
dengar, kesunyian Dia di antara netra-netra yang bahkan aku tak bisa
kukenali semuanya.
Dan biarkan aku
meneruskan kata yang dulu sempat kutinggalkan, karena aku terlarut
kata-kata yang lain yang harusnya kutinggalkan
Silahkan, engkau
menyapaku; walau penaku tak bisa kuhenti, serta larik-larik sajak tak
pernah bisa berlarian dari peraduanku. Aku tetap akan memberimu,
sebuah kecupan panjang melalui sanubari tak jenuh. Aku akan tetap
mengintipmu, dari balik jendela kaca; di antara riuhnya burung hantu
serta teriakan gempita anak-anak kecil yang berlarian menyambut
hujan. Meskipun entah, kapan tinta dalam penaku akan habis hingga ada
jeda untuk menghentikan bait-bait yang sempat kususun dalam
keheningan cipta kemarin pagi; hanya untuk melihat tarian bibirku
melafalkan namaku.
Biarkan, tetap akan
kubiarkan. Kepergianmu yang bukan pembiaranku, tapi pilihanmu.
Pilihan yang entah apakah engkau sadar dengan itu atau engkau memang
tidak mengetahui jalan pikiranmu sendiri atau bahkan engkau di antara
kedua hal itu. Aku hanya akan tetap meneruskan yang menjadi
rekatan-rekatan rencana panjang yang telah kulukis dalam cita-cita
abadi.
Aku akan tetap mencoba
ekuivalen dengan
lukisan-lukisanku, syair-syairku, sajak-sajakku dan bahkan dengan
pena kesayanganku. Biarkan nanti kuselipkan kisah tentang kita yang
mungkin engkau lupa. Biarkan nanti, kuberikan kesempatan penaku
berbicara di beberapa lembar kosong di seluruh halaman kumpulan
puisiku. Biarkan penaku berkata tentang apa-apa yang ia ketahui
tentang aku, kau, dan kita serta menjadi aku dan kamu lagi. Biarkan
ia berteriak kepadaku atau kepadamu, tentang pembuat kesalahan di
antara kita. Biarkan ia menghukum aku atau kamu, sebab keterlarutan
antara kita akan dunia yang membuat silau dinding hati, kita.
Biarkan
aku memberimu tempat kembali jika itu kau ingini, atau mencintaimu
dengan melupakanmu tanpa kuhapus rangkaian kisah yang kuselip di
antara koper pemberianmu.
;Dan
biarkan aku melepas kepergianmu, atau membukakan pintu rumahku
untukmu
Probolinggo,
14 Maret 2015
Wrote by Unknown