BOLEHKAH


Tuhanku, Bolehkah aku menanyakan sesuatu? Sesuatu yang sangat meracaukan hatiku saat ini, dan mulai kemarin. Sesuatu yang menurutku harus aku tahu jawaban dariMu. Karena aku takut menanyakan itu pada dia, orang yang menjadi sahabat coklatku.

Aku tahu Tuhanku, mungkin pertanyaan ini menurut dia tak penting, bahkan gila. Tapi memang aku gila, yang secara tiba – tiba gila hingga terbersit untuk memuntahkan kegilaanku lewat pertanyaanku. Tapi Tuhanku, aku rasa pertanyaanku tak mungkin aku bisikkan di telinganya, tak mungkin juga aku tulis surat untuk dia, apalagi berbagi pesan status. Dan hanya Engkaulah Tuhan tempatku bersandar dan meluapkan pertanyaanku.


Sekali lagi Tuhanku, masih pantaskah aku mempertanyakan itu kepadaMu, sedang beberapa hari ini otakku hanya dipenuhi dia, tak dipenuhi Engkau. Beberapa hari ini semua rasaku tentang dia yang membuat riuh hatiku setelah tertelan abu sekam berton – ton sebag makhluk yang pernah aku gilai, dan tak pantas untuk aku perjuangkan lagi. Karena dia aku jadi melupakan dia yang lain, dan karena dia pula tatapanku berputar haluan dari sesuatu yang membuatku pilu.

Maafkan aku Tuhanku, kalau aku terlalu berputar tak jelas, terlalu bertele – tele padahal cuman satu pertanyaan saja. Itu karena hatiku sedang tertambat tak jelas, yang pasti sedang membuncah riuh keruh. Tuhanku aku hanya ingin bertanya, “Bolehkah aku jatuh cinta padanya?”. Dia yang masih mengikat biru dengan yang lain, dia yang juga masih bercinta dengan yang lain. Dia yang membuat hujaman – hujaman semu di hatiku dan akan selalu riuh.

Tuhanku, perasaan itu memang tiba – tiba saja, karena keterbiasaanku saja. Atau mungkinkan Engkau yang membuatku membiasakan diri dengannya? Ataukah memang sudah Kau gariskan untukku untuk tiba – tiba saja dengannya? Ataukah memang sengaja Kau pertemukanku dengannya dengan semua lonjakan – lonjakan riuh dirinya kepadaku?

Dia yang membuat hatiku terlupa karena pesona magisnya, dia yang membuat aku selalu melirik status message handphoneku dan dia yang membuat aku semakin berhasrat untuk menulis tentangnya. Dia yang takkan habis tanganku menulis tentang kehidupannya, tentang cintanya dan tentang semua yang dia rasakan serta tertahbiskan. Dia yang selalu membuatku tak kehabisan bahan tulisanku dan dia yang tak merasa bahwa kehadirannya berarti untukku dan pasti kehadiranku tak dia rasa.

Sekali lagi aku butuhkan jawabanMu Tuhanku, sebagai penghamba cintaMu dan bukan penghamba cintanya. Tolonglah dia jikalau dia terpuruk tak jelas. Sampaikan pada hatinya, bahwa berbagi itu jika memang telah saling menyempurnakan pasangan. Berbagi itu jika tak merasa kurang tentang apapun dengan pasangan, tak kurang bahagia, tak kurang perhatian dan tak kurang kealpaan akan cinta. Apa yang akan dia bagi jikalau dia masih merasa kurang?

Bisikkan di telinga hatinya, jikalau cinta itu bukan menyiksa diri. Cinta itu memang pasti berurai airmata kesakitan dan berbagi ketenangan. Tapi jika selalu ada airmata, bukan cinta namanya, tapi kepedihan yang akan dirasakan bertahun – tahun. Cinta itu akan selalu ada jikalau kita sedang berguling – guling tak menemukan sandaran dan tempat kita berbagi suka ketika kesukaan itu harus kita katakan pada dunia.

Sekali lagi Tuhanku, bolehkah? Aku menjadi ada ketika dia membutuhkan sandaran dan menjadi terpeluk hatinya. Dan menjadi kicauan tak jelas ketika dia bahagia di tengah dan akhir perjalanannya.
Mohon jawab pertanyaanku, Tuhanku.

Probolinggo, 16 April 2013, 03.54 PM (ketika bingung akan rasa cinta yang tak biasa atau hanyalah gurauan belaka)

Share:

0 komentar