Dalam selarik daun, kutitipkan rindu
Di antara malakat syahdu yang tergugu
Dalam sebait aksara, kutuliskan sajak
Di antara lembar – lembar imaji pilu
::Yang tlah kusiapkan untukmu
Sejak malam syahdu, dengan gemintang
tak semu
Mulai kutulis di lembar yang kemarin
kubiarkan
;KOSONG serta tergambar sunyi
::Tentangnya yang membuat jelaga di
sudut jiwa
::Tentangnya yang melukis nada tapi tak
pernah berserenada
Ia tak pernah meriap apalagi berbuncah
riuh
Pun tak pernah berpijar bagai lautan
api kemarin pagi
Membakar cinta serta membebat rasa
::Apalagi, tak merekah jingga bersama
putik-putik bunga rindu
Aku pun melengang, meracik hati dalam
hening pada malam-malam berikutnya
Aku pun terpenjara, dalam belukar semu
yang ia ciptakan
Aku pun ternganga, di antara jelaga
pilu yang ku tak pernah tahu
;;Kapan ia hadir di sudut-sudut labirin
jiwa
Tapi, sejak kau memanggilku dalam
bilahan bayang jingga
Aku tepekur dalam alunan masa lalu yang
dulu
Sempat kudapat pada senja pekat
::Darinya yang telah kuhapus dalam
memori merah muda
Akhirnya, hadirmu membangkitkan gairah
yang tlah lama
Tak mengalami goyangan serta guratan
merdu
Hingga malam-malamku terasa hingar
bingar
bersama pelukmu yang mulai kurasa tak
semu
Karena
Akulah hening, yang mengadu tak gaduh
Membentuk rapal doa, dalam selarik
sajak
yang ternyata tentangmu
di antara malam merangkak pagi
Karena
Engkaulah rindu, yang tak pernah
melindap
Ditelan gagu serta tebing curam yang
bernama kehidupan
Serta terusang di antara pohon-pohon
tua
::Sebab rinduku mulai berserenada
dengan jiwa serta
;Nalurimu mulai menyamakan naluriku
Probolinggo, 12 Januari 2014
Wrote by Unknown