MENGURUNG HUJAN
Aku tak pernah sibuk mengurung hujan
Pada sebuah paragraf yang bahkan tak
sempat
Menjadi sajak panjang
Meski aku kuyup digulung waktu
Yang tak pernah bersahabat denganku
Hujan mungkin tak pernah mengenalku,
Tapi ia masih sudi untuk bercerita
Melalui ricik-ricik di tempias daun
Beberapa lembar di halaman rumahku
Ia lukis beberapa patah kata yang
sempat
Terkesiap di antara paruh waktu
Hingga aku dapat mengingatnya
::Tentang sajak antara engkau dan aku
Kalian tahu, tidak ada yang sanggup
menuntun
Kemarin kepada hari ini,
Tapi waktu tetap akan berputar
Mengikuti detik yang tak pernah memudar
Detik takkan pernah lupa
Saat hujan rintik tangan kita bersua
Serta wangi peluh yang sempat kita
rangkai
::Tentang kisah antara kau dan aku
Hujan pun memahami kisah
Aku dan engkau yang sempat
Menjadi kita
Tapi,
Ia tak pernah tahu tentang seorang
gadis
Bahwasanya adalah sebuah bunga-bunga
Yang terkadang sulit untuk diramu
Apalagi tentang menguapnya pasir
ditelan angin
Kala hujan menampakkan diri
Apalagi tentang basah yang entah
Segera menghilang di sela-sela lantai
teras tempat kita berpijak
;Sore itu
Akhirnya aku berhenti di sini,
Tanpa pernah bercakap dengan waktu
Yang tak sempat mengucap sembilu
Engkau dan aku tak pernah menjadi satu,
Kata Sang Waktu
;Dan hujan pun menggangguk setuju
Probolinggo, Maret 2015
Tags:
puisi
0 komentar