Kuserahkan diriku kepadamu, kamar peraduanku
Seperti jendela yang rela menyerahkan dirinya
Aku tak sanggup mereka-reka
Seperti kibar bendera dalam kapal nelayan
Luka, dan punah
Teronggok di ujung jeruji keabadian
Aku bukan binatang jalang
Yang selalu melanglang tanpa bersandar
Akulah harimau tanpa singgasana
Sebab rapuh gigi putih serta
Tubuh yang mulai mengejam tak fana
jiwaku melayang melewati ujung
Langit plafon yang juga mulai keruh
Luka, dan tanpa sadar
Kubawa berlari
Kuserahkan diriku lagi
--KepadaMu
Seumpama tubuhku, calang tak berhulubalang
Dia akan selalu berusaha menahan kerapuhan
Dari mentari, hujan serta mata angin yang menderu
--tapi ia mendengarmu
Seumpama butir-butir air hujan telah hilang
Ia takkan kugantikan dengan tetesan embun
Yang lirih dan mengalir di sungai hatiku
Seumpama ada jalan setapak, yang tak mau kaulewati
Aku akan lipat dan kusimpan jalan itu
Untuk kutunjukkan nanti,
Ketika aku berada di singgasana Tuhan
Seumpama hati kau telah mati,
Aku berdoa, semoga dia hidup lagi
Asal jangan ketika tanah tlah mencengkeram
Dari segala penjuru
15 Agustus 2017
Ini tubuhku, selalu setia menemani hingga
Di tahunku yang ketigapuluh lebih sedikit
Tubuh yang akrab denganku entah
Milik siapa
Katanya milik Tuhan, tapi aku hanya mengenal namanya
Di dalam masjid, kitab suci dan obrolan2 para pencuri
Katanya milik Dzat yang besar, lebih besar dari segala yang besar di dunia
Tapi aku belum mengenalnya
Yang aku tahu,
Jiwa ini tandu, tubuh ini semu
Yang suatu saat akan diminta kembali
Yang suatu saat akan sepi
--semua hanyalah waktu
Ini tubuhku, dan hanya aku
Yang sanggup gugup bersamanya
Yang siap menghantar pedih
Dan bau harum kesturi
Ini tubuhku, yang di tepian embun
Akan jatuh ke tanah dan mati
Tapi ia selalu mengakui sebagai aku
Tapi ia mau menjadi satu denganku
Hingga diminta kembali oleh pemilikNya
--katanya
Dalam pikiranku
Aku memiliki sajak yang dekat serta kau yang sesat
Atau,
Sajak yang sesat serta kau yang dekat
Dalam pikiranku
Bertebaran kata-kata yang mengaku
Atau,
Pengakuan terhadap kata-kata
Dalam pikiranku,
Apakah kau tersesat akan kata-kataku
Atau
Kata-kataku tersesat karena kau
Dalam pikiranku,
Kata-kata itu sedang kurangkul dan kau
Sedang lepas bertebaran di pojok-pojok lumbung kebimbangan
Dalam pikiranku,
Kau sedang asyik bersorak dalam ragam
Pesta tujuh belasan
Atau,
Aku sedang menahan sakit perut karena kata-kata
Yang tersesat di benakku
Dalam benakku,
Kau berasyik masyuk mengira2 cerita hidupmu
Dan aku berasyik masyuk membangun istana setengah lantai yang landai
Dalam pikiranku,
Kau tersesat pikiranmu dan kata-katamu
Atau
Aku tersedak kata-katamu yang mulai tergugur
Dari tubuhku dan tubuhmu
Entah