Untuk Yang Tak Sempat Kukecup
Engkaulah Mata yang selalu hadir
meriap mengerjap di antara siluet pagi
berpendar dalam tetesan embun di celah
kamar yang selalu menjagaku
Engkaulah sebab
yang menjadi Lelaku kala siang
menggantang
hingga senja mulai mempertontonkan diri
Engkaulah bunyi sunyi
yang datang saat laut pasang
mendebur jiwa yang terkadang mengambang
mulai jingga senja bertaburan di kaki
langit
::hingga malam yang hening berbisik
padaku
Engkaulah huruf-huruf di antara
lembar-lembar tua
yang selalu kubaca dengan jiwa syahdu
hingga bertebaran di seantero langit
malam
berharap sampai di singgasanaNYA dengan
merdu
Engkaulah kata yang tak panjang
yang kutulis dengan jiwa yang tak
pernah kosong
bersama bait-bait tentang kehidupan
serta selarik aksara menyembul di
antara perdu dan belukar
;yaitu jiwa yang teramu merdu
Dan akulah sang pendendang
entah bernyanyi entah merapal doa
entah bersiul entah pula berkata
::yang kutahu, aku selalu mendambakan
;ingin meluap dan berkidung pulang
kepadamu yang tak sempat kukecup manja
Probolinggo, 9 Januari 2014
Tags:
puisi
0 komentar