PEREMPUAN SETENGAH TELANJANG
lagi
Seperti
yang telah mereka lakukan
Dulu,
dalam malam hening
Di
Penjara Bukit Duri
Jangan
pula kau menyesap pilu
Akan
jiwamu yang terkerdil oleh bedil
Karena
kami tahu kau hanyalah palu
Yang
tercengkeram oleh tangan-tangan najis
Sebab
sesuatu yang bernama serdadu
Dan
jangan lagi kau sedu sedan
Sebab
kenistaan yang mereka ciptakan
Dalam
film ataupun warta
Karena
kami tahu, itu hanyalah karangan tanpa kertas
Perempuanku
Jangan
kau telanjangi dirimu
Dengan
nafsu yang kau ciptakan
Di
antara meja-meja kantoran
Ataupun yang biasa kami sebut rumah bordil
Apalagi
jikalau engkau duduk
Bersama
kursi menjadi wakil kami
Atau
menjadi tetua di antara kami
Kekang
nafsumu demi kami
Kekang
jelagamu demi anak-anakmu
Genggam
erat jiwa semumu demi negaramu
Karena
di pundakmulah kami bertaut harapan
Kekasihku, Perempuanku
Jangan
kau tanya lagi kemana jiwamu akan berembus
Karena
letak-letak persemayaman jiwa adalah dalam tudung-tudung
Yang
telah kami ciptakan untukmu
Yaitu
dalam jiwa jua yang tak pernah teringkik oleh kaki kuda mereka,
petinggi negara
Kekasihku,
Perempuanku
Berkumpullah
dengan sesamamu, sepenasib dan sepenanggungan dalam wadah
Untuk
bergerak menaikkan bendera kita, bersama kami yang tak mampu
Mengibarkannya
sebab tercekat oleh sesuatu
Yang
bernama tirani bisu
Biarlah
mereka berkata kita gila, yang hidup dalam lorong-lorong mimpi
Dan
biar jua karena mereka pasti pada akhirnya akan mengerti
Bahwa
perjuangan ini bukanlah dari sang penggila
Tapi
demi menjadikan waras system yang sudah gila
Perempuanku
Usah
kau mundur karena trauma menjangkitmu
Usah
pula kau henti sebab lesung yang menahanmu
Dulu
Dan
karena itu dulu berbeda dengan sekarang
Dan
karena sekarang kami mendukungmu
Mengawalmu
dalam buritan tanpa perahu
Menjadikanmu
garda terdepan yang bernama perubahan
ditulis untuk LOMBA MENULIS CERPEN, ESAI DAN PUISI LINGKAR PUISI DAN PROSA – LEMBAGA BHINNEKA
Tags:
puisi
0 komentar