SELEMBAR PERTANYAAN UNTUK JUNI
Juni, masihkau engkau meriak kali
Mericik sepi dan menghalau sunyi?
Juni, aku masih ingat drama
Antara bibirmu dan bibirku
Layaknya sinetron gempita
;yang tak pernah aku tahu itu
Nyata atau palsu
Juni, kau tak pernah mengerti akan
Rapal doa yang kulipat di dada
Dan kudaraskan berbentuk harapan
Panjang
Juni, engkaukah kini melebur
Dan mengabur?
Engkaukah yang tak hirau
Gigil pagi di selarik perdu?
Juni, cabang pohon ketapang sudah
Tak bisa tinggi menggapai langit
Embun kita juga tak segar lagi
Masihkah engkau ingin lari sekelebat musang?
Jika engkau ingin tumbuh kembali
Sebagai daun di pohon randu selain milikku
Sebelum aku terpapar sepi
Aku segera pergi bersama angin menderu
Probolinggo, 23 agustus 2014 (untuk juni yang gagal kupahami)
Mericik sepi dan menghalau sunyi?
Juni, aku masih ingat drama
Antara bibirmu dan bibirku
Layaknya sinetron gempita
;yang tak pernah aku tahu itu
Nyata atau palsu
Juni, kau tak pernah mengerti akan
Rapal doa yang kulipat di dada
Dan kudaraskan berbentuk harapan
Panjang
Juni, engkaukah kini melebur
Dan mengabur?
Engkaukah yang tak hirau
Gigil pagi di selarik perdu?
Juni, cabang pohon ketapang sudah
Tak bisa tinggi menggapai langit
Embun kita juga tak segar lagi
Masihkah engkau ingin lari sekelebat musang?
Jika engkau ingin tumbuh kembali
Sebagai daun di pohon randu selain milikku
Sebelum aku terpapar sepi
Aku segera pergi bersama angin menderu
Probolinggo, 23 agustus 2014 (untuk juni yang gagal kupahami)
Tags:
puisi
0 komentar