BEPERGIAN
Jika September sudah
pergi, maka Oktober yang
kemudian muncul kembali. Kau tahu, perginya September tidaklah pernah
untuk disengaja, apalagi ada yang mengatakan dia datang dan dia pergi
melalui siklus yang sudah tertanam dan tertulis, semenjak Adam
menjejakkan kaki di Bumi. Jika pernah kau katakan padaku, engkau
telah menjadikan hatimu dan hatiku layaknya sepasang
merpati yang terbang sepoi mengepak pelan di angkasa kemarin saat
September masih berada di teras halaman; aku juga telah mengatakan
padamu bahwasanya angkasa itu telah pudar seperti cat yang kau
gunakan di tembok belakang rumah di bulan September.
Jika engkau mengatakan
sedang bepergian ke sana, aku telah katakan pada jiwaku bahwa kau
sedang tidak bepergian. Karena bepergian memastikan untuk kembali,
entah nanti, entah esok ataupun mungkin saat subuh mulai
memperkenalkan diri.
Jika engkau mengatakan
bepergian untuk kembali, tak sadarkah kau? Bahwa engkau telah
meninggalkan cerita yang ingin kau kenang?
Meninggalkan tubuhku tanpa nyawa serta pelita kala malam merenda
pagi. Meninggalkan gerimis yang sedang bertiup sepoi hingga ia
terhenti di sela-sela daun randu. Meninggalkanku untuk menunggumu
hingga perahu terakhir tak pernah memberiku kabar. Meninggalkan
kupasan cerita yang tak pernah kau selesaikan di pangkal lembar yang
dulu kita tulis bersama.
Jadi,
kini sangat kumengerti. Engkau tidak benar-benar bepergian.
Probolinggo, Awal
Oktober 2014
Tags:
puisi
0 komentar