BEBEK DAN CERITANYA


Apa kabar dirimu, bebek? Masihkah kamu berjalan di pelataran kali? Tempatku berjalan kemarin pagi; tempatmu berjalan hari ini setelah kulalui jalan kemarin. Sungai sudah tak jernih, masihkah kamu membuatnya keruh layaknya lumpur yang suka kau bakar kemarin sore?

Apa kabar juga, bebek temanmu itu? Apakah ia masih bersamamu saat ini? Ataukah ia masih menyesap kopi tiap sore tanpa jemu, denganmu? Aku sudah lupa dengan kopi pemberianmu, dahulu. Apalagi aku tak pernah tahu, darimana kau dapatkan itu. Aku takkan mau tahu! Karena aku yakin, apa yang kudapat adalah apa yang kutanam. Layaknya engkau nanti, akan mengalami suram sebab pedang sudah kuhunus. Do'a sudah kukumandangkan. Oh, satu lagi, nasib sudah kuberikan padamu, sahabatku.

Kawananmu selalu menunggu ocehanmu tiap senja.

Inilah senja, kawanku. Tempatku bernaung, tempatku melepas penat di perjalanan sangkakala. Inilah daun, tempatku berpijak, tempatku mengenyam rasa manunggal kepadaNya. Inilah kali, tempatku mendengar ricik yang terkadang bising, yang terkadang sunyi. Di antara suara-suara nyanyianmu yang tak pernah menghunjam hatiku. Hanyalah kosong tak bermakna.

Kesendirianku sedari dulu, menunjukkan bahwa aku selalu terbang sendirian mengapai senja.

Apa kabar dirimu, lagi bebek? Aku tunggu ocehanmu di sini, hingga malam melipatmu dan hening pagi membuatnya lupa akan keberadaanmu. Kau tahu, tak satupun nyanyianmu membuat jenuh ramuan yang kubangun berlantai tujuh. Apalagi membuat gosong beberapa sajian yang memang kubuat bukan untukmu.

Silakan teruskan ocehanmu bebek, jika itu membuatku terkenal sedari sekarang hingga nanti.

Apa kabar lagi, bebek?


Probolinggo, 3 Agustus 2015 ( Untuk bebek yang punya hobi bercerita )

Tags:

Share:

0 komentar