KOPI DAN ASAP PUTIH
Malam ini aku benar-benar
gelisah. Kerinduan kepadanya, perempuanku sudah sangat menyesak di
dada. Sudah hampir satu jam kupacu motorku mengelilingi kompleks
tanpa tujuan. Sudah hampir tiga warung kopi kudatangi semua tutup.
Aku mafhum, malam habis hujan seperti ini, mana ada yang bakal buka.
Hatiku tergerak ke
kampung sebelah perumahan, siapa tahu ada warung kopi di situ.
Satu-satunya cara mengusir gundah adalah menyesap kopi di warung
kopi, itu pikirku. Tapi, satu-satunya yang membuatku enggan adalah
aku harus melewati sebuah pekuburan sepi.
Aku berhenti sejenak.
Pekuburan itu hanya berjarak sekitar 200 meter. Aku bimbang. Haruskah
aku melangkah demi segelas kopi? Kupandangi sekitar, sepi. Bulu
kudukku tiba-tiba merinding. Kujalankan lagi motorku, pelan. Siapa
tahu ada kendaraan lewat bisa kuikuti langkahnya. Tapi, benar-benar
sepi.
Tiba-tiba.....
Wussshhhh......, kulihat asap mengepul dari makam itu. Logikaku masih
berjalan, mungkin saja ada orang yang membakar sampah. Tapi, asap itu
hanya satu tempat. Aku terus saja berjalan agak mempercepat laju
motor.
Lengkingan burung hantu
di kejauhan menambah merinding suasana. Kulirik arlojiku, masih
menunjuk angka setengah sebelas malam. Dan tiba-tiba
lagi....krooossaaakkkk.
Ah, hampir copot
jantungku, ternyata dua ekor kucing berkejaran. Dan asap itu tidak
menunjukkan tanda-tanda berhenti. Kali ini aku persis di depan makam.
Entah dorongan apa, aku tiba-tiba ingin berhenti. Minimal ingin
membuktikan benarkah pekuburan ini keramat seperti yang dikatakan
orang.
Aku berjalan
mengendap-endap setelah kumatikan motorku di dinding makam. Tentunya
tetap dengan bulu kuduk yang semakin merinding. Hawa tak biasa
mengalir melewati telingaku. Makam ini sepi sekali, hanya suara
jangkrik yang mengiringiku. Sekelebat aku lihat bayangan hitam di
dalam makam.
Tiba-tiba..... Buk!!!.
aku menabrak sesuatu di depanku, karena kurang awas. Aku berdegup.
“Mau cari apa dik?”
“mmaa maa aff, tidak
mencari apa-apa. Hanya kaget kenapa kok ada asap. Paman siapa?”
“Aku penjaga makam ini,
iya aku membakar kayu sebagai penghangat badan”
“Oh........ “
Tags:
FlashFiction
0 komentar