PERSAINGAN KANCIL

Tak perlu kutanya apa kabarmu, karena kamu sudah manis semanis roti coklat buatanmu kemarin. Masih tak berkurang juga kegilaanku padamu. Yang ternyata sadar atau tidak kamu masih pantas untuk aku gilai. Walaupun aku tahu, bukan cuma aku yang menggilaimu.

Baiklah, aku merasa lancang menggilaimu, karena aku bukan siapa-siapa kamu. Karena aku hanya terus akan hidup di dalam bayanganmu. Yang kamu sendiri saja tak pernah tahu dan mengerti. Yang kamu saja tak merasa aku nikmati setiap hari, yang hanya berjarak tiga meter saja.

Saat sedang menulis ini, aku masih ingat keyakinanku. Otakku terus berputar memikirkanmu, tetapi aku terus akan berlomba merebut singgasanamu, walaupun itu masih misteri, karena sementara ini yang lain masih menang menggilaimu. Tetapi sementara ini, izinkan aku terus berdoa dan menggilaimu. Perbolehkan aku mencintaimu dalam diam dan kebisuanku.

Perlombaan ini belum berakhir, karena kreasiku dan kreasimu masih terus berputar. Serta di depan rumahmu masih tiada rumbai menjuntang. Karena aku yakin, jam terbangku sudah tinggi, sedang jam terbang dia masih kemarin. Aku sudah bersertifikat, sedangkan dia, ujian saja belum.

Takut? Ya aku memang takut, takut jikalau aku hanya histeris sendiri. Takut jika aku hanya menggilai tanpa kamu tahu kegilaanku padamu. Takut jikalau kamu tiada mengerti sosok kepujanggaanku. Takut jikalau kamu merasa aku laksana koran bekas, yang hanya ditimbang dan dibuang percuma.

Ah, sosokmu memang unik, walaupun aku sempat ada Illfill kepadamu. Tapi, bagaimanapun keunikanmu, daya tarik bagiku, seperti kumbang yang tidak bosan mencari bunga yang lagi mekar.

Kau saja tidak tahu rasaku, bagaimana aku ingin kamu gila padaku.

Kau saja tidak tahu kegilaanku, bagaimana aku bisa menang di sayembara itu.

Share:

0 komentar