PERTEMUAN DAN HARAPAN
Aku tahu setiap malamku, selain
kuisi dengan tulisan, kuisi pula dengan ingatan. Ingatanku padamu, akan
pertemuanku, dan hari-hariku bersamamu. Menunggu, ya hanya itulah yang saat ini
bisa aku lakukan. Menunggu bagiku adalah hal membosanku, tetapi menunggumu
sebagai wujud dari perasaanku yang aku tak tahu masih saja mau
memperjuangkanmu.
Dengan ketidakpekaanmu saat ini,
mengapa aku masih menunggu? Aku tak tahu, karena aku mencintaimu dengan cinta
yang benar-benar tak kupahami. Dengan cinta yang benar-benar gila bahkan
hatikupun bingung merasakan itu.
Seperti sore itu, modus bertemu
kamu adalah kepiawaianku. Manis rasanya sore itu, di depanku, di depan
laptopmu, kita bertemu dan bercakap hal serius. Namun bukan pekerjaan antara
kita yang sebenarnya menjadi kefokusanku. Matamu, bibirmu, alismu, ah pingin
rasanya memelukmu, seperti sang bujang berhasrat kepada sang pujaan.
Kamu memang unik, seunik setiap
lekuk-lekuk tubuhmu. Alismu, dengan bentuk yang tak biasa bagiku, menambah
kemagisanmu. Aku jadi tertegun, seperti jam yang berhenti berputar. Tertegun memandangimu,
dengan balutan jilbabmu, ah menambah kecintaanku padamu walaupun dalam bisu.
Kecintaanku padamu, membuat aku
melihatmu dengan terpaku. Aroma sejuk aku hirup, tepat di depanku rasanya menghujam
sanubariku. bukan kali pertama sebenarnya
ini, tetapi tak Nampak membuatku jenuh, seperti aku tak jenuh memandangi
matamu. Tak usang pula pangkasi waktu berharap kamu tidak beranjak pergi dari
hadapanku.
Matamu, seperti burung hantu di
tengah malam, indah karena hanya bersinar terang di malam hari, tetapi laksana
matahari pagiku, yang selalu menebar keindahan di hari siangku. Bibir tipismu,
seperti kulit ari, indah sekali sore itu. Basah bibirmu, menambah hasrat aku
ingin memelukmu. Tapi aku tahu itu tak mungkin, pasti digamparnya aku karena
aku tahu, aku masih sebagai pecinta bisu, dan bukan siapa-siapa untukmu.
Sungguh, aku menggilaimu walaupun
hanya lewat tatapan mata yang bisa aku lakukan
Sungguh aku memahamimu, walaupun
lewat mengagumi mata alismu.
Sungguh, aku padamu seperti
matahari yang pasti terbit di pagi hari, dan tak rela bagiku terbenam, karena
aku takut kehilanganmu.
Probolinggo, 19 Maret 2013 05.29
AM
0 komentar