Rasa dan Sang Perasa

Segelas kopi menemaniku di pagii ini. Rutinitas biasa semenjak aku berjalan sendiri. dengan kopi hitam ini, kucoba lebur perasaan ini.rasa yang sperti menyiksa diri.

Rasa yang dulu menggebu spt gelegar petir tak sabar menurunkan hujan. Rasa gila seperti seorang patih berhasrat di medan perang. Rasa seorang kusir menghela kuda agar berlari di jalanan.

Rasa itu seperti berkurang, ketika kulihat sepasang merpati. Merpati yang bercinta di malam hari. Merpati yang entah saling mencintai aku tidak mengerti. Yang aku tahu, merpati itu terikat akan ikatan semu. Ikatan yang entah akan berakhir kapan.

Yang aku tahu, rasa itu seperti menghujam nadiku. Menembus aliran darahku. Mengoyak hati yang sudah pilu.

Ah, mungkin terlalu aku dramatisir episode ini. Memang menahan lebih sulit, sesulit diriku memahami dia. Penuh kalori untuk memahaminya.

Yang aku tahu, aku menggilainya berjalan bersama aku belajar memahaminya.

Yang aku tahu, aku menahan rasa bersama aku menahan pilu.

Dan aku (masih) tetap mencintainya, untuk saat ini.
Karena di matamu, aku hanya temanmu... yang rajin dengar ceritamu tanpa mau tahu isi hatiku

Probolinggo,  18 Maret 2013, 08.10 AM 
(dedicated to my mousedeer that only i knew)

Share:

0 komentar