RUMAH KANCIL TAK SEPERTI DULU LAGI



Tak perlu aku cari kamu, malam itu, karena kita memang sudah berjanji bertemu. Setelah sehari penuh kita berjalan, di bawah panas terik mentari demi pekerjaan antara kita, walaupun gak sepanas yang kalian kira, tapi tetap berkesan bagiku.

Yah, hari itu dibalik kemudiku, pelan-pelan aku laju, pelan-pelan pula kupandangi kamu. Kamu yang aku gilai, dan mungkin aku gilai selamanya. Oh Tuhan, sangat dahsyatnya ciptaanMU, hingga membuat hatiku yang pilu menjadi tidak semu. Wajah manismu, unikmu dan tak bisa aku ungkapkan lagi sangat menggoda hasratku untuk menciummu. Tapi tak mungkin aku lakukan, karena terasa naïf bagiku jika itu terjadi. Begitu rendahnya diriku jika aku lakukan kepada kamu, sang penggila hatiku.

Ah, akhirnya selesai juga pekerjaan aku dan kamu. Namun, hari ini aku masih tidak ingin untuk mengantar kamu pulang. Aku susun langkah, aku susun strategi, seperti politikus yang duduk di bangku dewan. Namun aku berbeda dengan mereka, aku tulus, mereka tidak. Aku sebenarnya, mereka pendusta. Aku menggilai dengan spontan, mereka karena uang tunjangan.

Aku ajak kamu dan kakakmu ke tempat kesukaanmu. Salah atau tidak itu tempat makan favoritmu, aku tak peduli, karena aku melihatnya dari beberapa status bbm kamu kemarin. Aku ajak kamu makan, yah walaupun duduk kita masih terhalang kursi, tapi aku merasa strategiku berhasil. Aku pandang kamu dengan tidak bosan, seperti kumbang yang selalu mencari satu kembang. Aku pandangi cara makanmu, aku pandangi tatkala kau kunyah makanan itu, ah, aku sungguh menemukan lagi keunikanmu.

Akhirnya aku mengantarmu pulang, namun kita sudah berjanji bertemu sore itu. Bertemu untuk sekedar menyelesaikan tanggunganmu, namun aku sengaja untuk mengulur itu. Biar sore saja aku datang, namun aku berniat malam nanti aku selesaikan, agar aku bisa menumpahkan kegilaanku padamu.

Asyiknya obrolan kita kala itu, aku rasakan itu. Buih-buih kegembiraan memancar di matamu, seperti bocah yang gembira berlarian tatkala turun hujan. Kamu cerita tentang kamu, begitu juga aku. Tanpa beban aku rasa, dan aku sangat berkesan sore itu.

Malam itu, balutan celana jeans, dan baju gelapmu, sangat menambah keelokanmu. Kita selesaikan pekerjaan sambil mengobrol ringan. Sambil bercerita, cerita yang tak kan pernah hilang di ingatan. Aku ingat, kamu bercerita tentang rumahmu, rumah kancilku. Rumah yang dulu indah karena aku bertemu kamu. Rumah yang aku gilai karena ada kamu. Ternyata, karena nafsu, rumah itu entah kapan akan menjadi rumah mesum. Rumah singgah para penggila nafsu. Rumah sarang parlente baru, rumah yang katanya bisa membeli nafsu. Namun rumah itu ternyata tidak bisa membeli kamu, karena kamu unik, kamu tidak gila, dan kamu pantas aku gilai.

Kancilku, ternyata rumahmu telah berubah, rumahmu telah bertransformasi bisu. Namun aku tahu, kamu tidak kan berubah, kamu tetaplah kamu, yang pantas aku damba, yang pantas aku kagumi. Aku masih berharap, rumahmu seperti dulu. Tidak akan berbentuk baru, tetapi menjadi rumah kemauanku. Rumah tempat aku mengagumimu, namun itu sudah tak mungkin lagi.

Kancilku, biarlah rumahmu berubah, namun kamu tidak. Biarlah rumahmu menjadi saksi bisu pertemuan kita, menjadi kenangan kita, kenanganku akan kamu. Menjadi rumah yang dulu aku gilai karena kamu. Menjadi tempatku dulu melepas rindu, menjadi dulu tempatku menulis tentang kamu.

Kancilku, biarlah rumahmu menjadi rumah yang tak kita mau. Namun, walaupun terlambat, aku ingin kamu tahu. Tanpa aku sadari, cinta ini spontan. Cinta tidak butuh persiapan, cinta ada tanpa kenal waktu. Cintaku kepada kamu takkan hilang walaupun rumahmu telah berubah.

Kancilku, selamat tinggal harapanku, semoga kita bisa bertemu di rumah-rumah yang lain. Rumah yang cuma jualan kopi, bukan bir. Rumah yang hanya jualan roti coklat manis, rumah yang hanya jualan kentang goreng. Bukan rumah bordil yang disukai penggila nafsu.

Kancilku, aku titipkan rindu pada mentari untuk kamu. Dan aku titipkan rindu pada tulisan ini, agar suatu saat nanti, kamu masih ingat aku dan akan mencari aku walaupun dalam mimpi dan bayanganmu.

Probolinggo, 20 Maret 2013 09.54 AM

Share:

0 komentar