THE OLD STORY
Sudah sejauh ini, inikah
yang harus kita lakukan? Setelah semua terjadi, pilu, senang, semu
dan sebagainya kita rasa. Terbatas ruang dan waktu, terbatas media
dan terbatas jarak. Namun cinta dan rasa tak bisa berbatas. Karena
cinta adalah tentang rasa, dan cinta adalah seperti sebuah intan di
padang biru yang terhalang batu untuk dicari dan hanya yang memang
memiliki hak cinta akan bisa mencintai.
Kuhela napas dalam –
dalam, agar aku mengerti atas semua yang tlah terjadi. Agar aku cepat
memahami apa yang kamu lakukan, agar aku bisa berhenti mencintaimu
walau dalam semu. Kamu harus tahu, aku tetap memerhatikanmu walau
dalam dunia maya, tanpa bisa menyentuhmu.
Memang, jarak sejauh ini
tak bisa membuatku bergerak lebih banyak dan lebih cepat, karena
hanya jarak terdekatlah yang bisa melakukan itu, dan itu keuntungan
dia terhadapmu. Aku sadari itu, walau dalam kepiluan hati, aku tetap
bisa terima itu. Namun ingat, kekalahanku adalah kekalahan terhormat,
karena aku yang memungut serpihan hatimu di kala kamu syahdu, dan dia
yang menyelesaikan itu.
Dari itulah sahabatku,
aku sudah mulai mengerti. Apakah yang kita pertahankan selama ini,
apakah yang kita andalkan selama ini. Yang hanya bisa pupus dengan
perkiraan – perkiraan kecil, yang bisa terpicu dengan letupan –
letupan kecil. Menahan dan mempertahankan memang lebih sakit, sesakit
kita tatkala di meja operasi tanpa obat bius. Sesakit kita tatkala
tawon di pohon sebelah rumahmu mengunyah kulit kita tanpa perasaan,
seperti ketidakperasaanmu saat ini kepadaku. Yah, bukan cinta namanya
jika tanpa luka dan bukan rindu namanya jika kita tak merasa sesak di
dada.
Jadi apakah arti ratusan
kilometer kita, yang tanpa dapat saling menggenggam, tanpa dapat
saling berpeluk pilu karena rindu, yang hanya bisa bercakap lewat
tulisan dan suara serta gambar bergerak. Apakah dengan itu saja kamu
tak mengartikan jarak itu, dengan pindah ke rumah – rumah yang
lain, yang kamu rasa jarak tak menjadi kendala. Yang kamu rasa, bisa
dengan cepat menggenggam dan memadu rindu. Tapi ingat, jika hanya
tetap namaku saja, kamu sangat naif dengan tindakanmu.
Sahabatku, aku tetap
mendoakanmu dalam bisu, ketika kamu bersama dia atau siapapun. Ketika
aku bersama dengan yang baru, ketika aku sedang bercengkrama dengan
buah hatiku nanti. Tapi ingat, jikalau jarak sudah tak menjadi
penghalang kita, aku pasti mengunjungimu sebagai sahabat yang bisu
dalam cinta. Aku pasti mengunjungimu tanpa aku berniat merusak
kehidupanmu. Aku akan tetap mengunjungimu terkecuali jika kamu
enggan. Dan aku akan tetap mendoakan kebahagiaanmu.
Biarlah sahabatku, ini
tetap akan menjadi cerita lama, cerita lama yang berkesudahan
walaupun hakikatnya belum berkesudahan. Cerita lama yang akan slalu
kukenang tanpa aku minta. Cerita yang tetap menjadi biru dalam logika
dan perasaanku. Dan ingatlah sahabatku, hanya karena aku menangisimu
bukan berarti aku tidak bisa melanjutkan hidupku. Aku tetap akan
melanjutkan hidup sembari mendoakanmu. Sembari berdoa semoga
pilihanmu tepat kali ini, sembari aku mengubur dan meratakan dengan
tanah cerita itu dan semoga muncul tanpa aku minta dan tidak kita
sengaja, besok, atau lusa atau entah kapan.
Sahabatku, cerita lama
ini semoga akan menjadi kenangan cinta.
Sahabatku, semoga cerita
ini bisa membuat kedewasaan masing – masing dari kita.
Sahabatku, kamu ceritaku
dan aku ceritamu, dan semoga menjadi cerita kepada anak – anak
kita.
Probolinggo, 1 April
2013, 13:49 PM
0 komentar