PISAHKAN SAJA


Mulai ramai dan mulai dekat persahabatan kita. Mulai banyak ceritamu tentang dirinya kepadaku. Dan aku tetap menjadi pendengar tanpa protes, sanggup mendengar ceritamu, celotehmu yang riuh, dan tetap menjadi sahabatmu. Tetap menjadi luapan hatimu tatkala kamu meliar karenanya.

Dan aku masih seperti dulu, temanmu yang sanggup ada di segala medan, di segala keadaan. Tanpa kau tahu perasaan aneh yang muncul padaku. Tanpa kau sadari, aku mengembang diam mengagumimu. Hanya bisa berceloteh dalam hati akan kekagumanku padamu. Kamu yang begitu indah dan sangat disayangkan tak dia pedulikan dan sangat disayangkan tak dia istimewakan.

Aku yang mulai mengistimewakanmu diantara tak kesadaranmu. Aku yang mulai mengenalmu lebih dekat di antara mimpi – mimpi terjagamu. Aku yang mulai merasa kurang tanpa celotehanmu, tanpa imajimu, dan tanpa gelak tawa kala kau tanpanya, dan masih seperti biasa seperti dulu, di antara buliran – buliran air matamu, di antara tawa berjelagamu dan di antara siluet hatimu.


Namun beberapa saat kemarin remuk redam atas perlakuan kasar teman masa kecilmu, terhadapku. Perlakuan teman yang aku hormati karena temanmu. Teman yang aku anggap indah di awal perjumpaan, yang sangat aku kagumi di awal pertemuan. Teman yang menjadi imaji tulisan – tulisanku dan teman yang sangat aku kagumi hingga aku terpana dengannya. Teman yang bersama mimpi – mimpi kecilku, yang hinggap terkadang di sudut – sudut ruang terpencil otakku. Dan masih bersama denganmu.

Dan kamu, berasa tanpa muka kepadaku karena ketakjelasan temanmu padaku. Merasa pilu dan dungu karenanya, merasa terhunjam duri di hatimu. Masih karena temanmu, teman yang kamu sayangi karena bersamamu saat kamu bermain – main petak umpet, pasar – pasaran atau bahkan merias boneka saat kecil. Tanpa asa, tanpa syarat sebab temanmu, kamu menjadi beriak semu kepadaku, menghancurkan apa yang selama ini kita lakukan bersama. Membatasi sesuatu yang seharusnya tanpa batas, hingga cerita kita seperti ada iklan yang lewat, tak bisa kita ceritakan kembali.

Jangan sahabatku, pisahkan saja urusan itu, jangan kau campuri dengan cerita temanmu, jangan kau riak tanpa sebab ceritamu seperti biasa. Aku tetap biasa saja, tak jemu mendengarmu, dan meninggalkan yang semu cerita temanmu. Lepaskan saja temanmu, karena tak membuatku meliar karenanya. Dirimu dan dirinya berbeda, aku rasa perbedaan kekaguman dan perbedaan keunikan antara kalian.

Ya, kalian berbeda. Berbeda imajinasi walau dalam rumah yang sama. Berbeda pendiksian suatu masalah, berbeda cara dan perbedaan – perbedaan yang lain dan sangat berbeda. Dan perbedaan keunikan itu yang menjadi tolok ukur kedewasaan kalian. Menjadi sebab terhapusnya memory temanmu di cawan – cawan hatiku. Dan perbedaan itulah yang menjadi kadar buncahan liar akan kalian kepadaku.

Sahabatku, tetaplah bercerita kepadaku, cerita meliarmu, cerita tentang buncahan hatimu, cerita kenyataan semumu, dan cerita – cerita kebanggaan anak – anakmu serta cerita – ceritamu yang pilu. Diksikan dengan anggun atau biasa saja, aku tetap mendengarmu. Beredarlah di antara layang-layang jiwaku, dan aku akan tetap mendengar celotehmu dengan biasa walaupun diimbangi dengan perasaan aneh.

Dan aku tetap bisa mendengarmu tanpa banyak bercakap, dan kamu pisahkan saja urusan itu.

Dan aku tetap menjadi temanmu di dalam lengkingan aneh hatiku.

Probolinggo, April 2013 ( dalam keadaan ada dan tiada aku tetap yang terada untukmu)

Share:

0 komentar