MALAM DAN AIR MATA
Pada malam yang begitu
temaram. Tak pernah aku jeda untuk melukismu. Apalagi menghapusmu
dari langkah-langkah penaku yang beberapa bulan ini kutorehkan pada
lembar-lembar cintaku. Karena malam adalah rindu, dan malam adalah
tentangmu.
Pada malam yang begitu
gelap. Aku selalu mengingatmu, hingga menimbulkan himpitan rasa yang
melesak jauh ke dalam jiwa. Teramu merdu dalam wujud cinta yang tak
pernah terjamah. Tak pernah aku abai menggambarmu, hingga menjadi
lautan rasa yang membuncah riuh. Karena tentangmu, adalah sesuatu
yang tak mungkin kulupa. Dan hanya malam yang sanggup mendengar
ceritaku.
Pada malam yang begitu
hening. Aku tergugu sebab selat rindu mulai mendesakku tanpa pernah
aku menemukan muaranya, yaitu kamu. Karena hanya melihat gambarmu
yang bisa kulakukan, dan hanya memandangmu dalam gambar-gambar yang
tak pernah kujemu.
Pada malam yang bukan
malam terakhir. Aku tersedak, sebab biasan tulisanmu yang tak biasa.
Kaulumpuhkan langkahku, menghentikan narasi indah yang kulukis
untukmu. Dan akhirnya aku harus menyerah pada air mata, tentang
bait-bait indah yang dulu kurangkai serta tentang rapal doa yang
selalu kuucapkan untukmu. Serta tentang larik-larik sederhana yang di
dalamnya selalu kueja namamu, harus terhenti, entah sementara ataupun
selamanya.
Dan tentang air mataku,
aku tak dapat menganulirnya. Apalagi aku berusaha menghentikannya,
sebab cinta ini kauluruhkan tiba-tiba. Hingga terpias nanar tentang
luka yang menjerat jiwaku. Dan tentang duka yang membebat seluruh
ragaku.
Dan akhirnya, aku hanya
bisa meratap. Tentang cinta yang hanya tergambar sebelah, tanpa
kutahu sebabnya. Tentang rindu yang hanya terpias anggun dalam
lembaranku, tidak pada lembaranmu.
Dan segera kuhentikan
langkahku.
Tags:
puisi
0 komentar