PUISI EMBUN
Embun Kegilaanku
masihkah kau ingat, tapak-tapak kuda sore itu?
meninggalkan jejak tak beraturan
pada tanah dan aspal jalan kita
Yang mengantarkan kita ke suatu negeri
antah berantah
negeri yang katanya makmur sentosa
paling tidak itu kata mereka
petinggi negara
Tapi.....
untung kau tak pingsan, embunku
setelah kuda itu menghentikan langkah
bukan karena ia lapar seperti rakyat itu
bukan pula karena gagalnya panen musim ini
Namun...
setelah kau lihat negeri itu
kering kaku laksana kayu tercabut
bukan pada waktunya
Embunku....
tak perlu kau risau ataupun pilu
aku membawamu ke sini
hanyalah agar kau tahu
bahwa kecintaanku padamu
tak seperti mereka para petinggi negara itu
Dzat cinta yang melingkungiku
adalah nyata dan tak semu
dan takkan lekang pula oleh waktu
walau nanar ekonomi negeri itu
membunuh usahaku
namun bukan semangatku
Embun kekasihku
berikan jiwamu agar dapat kuramu
dengan jiwaku yang selalu bertalu rindu
kepadamu pelengkap resep hidupku
Embun, Matahariku
buat aku memantulkan sinar cintamu
dengan menyinari jua tubuh jiwaku
dengan sesuatu darimu
yang bernama keyakinan dan cinta
Embun Sahabatku
Melangkahlah dengan tegap
walau jelaga dunia menghitamkan jalannya
karena aku pasti ada di sisimu
bersamamu dan melindungimu
0 komentar