DI SETIAP SUDUT LAMPU MERAH
tak terasa sudah dua tahun berlalu,
dan aku masih menjadi pengamen di lampu merah ini. Tak terhitung
jumlahnya lampu merah yang aku kunjungi, apalagi sudah berapa banyak
para sopir-sopir itu memberikanku beberapa uang logam kepadaku, entah
itu tanda apa mereka menyukai nyanyianku, ataupun hanya sekedar iba
padaku.
Ya, aku hanyalah seorang pengamen lampu
merah. Yang hanya bisa menghibur dengan nyanyian saja, absurd
suaraku, tapi tidak dengan hatiku. Aku bertahan di sini karena suatu
alasan, alasan yang membuatku terus bertahan hidup demi seseorang
yang sangat aku sayangi. Seseorang yang dulu menjadi alasanku bekerja
ke luar negeri. Seseorang yang karena kelalaianku, meninggalkanku
tanpa pernah kutahu kemanakah ia.
Hingga suatu hari ketika aku
menginjakkan kaki di rumahku, dia sudah tak ada. Dan orang yang
kupercayai untuk mengurusnya tak menggubris pertanyaanku. Hatiku
hancur saat itu, hingga menjadi pengamenlah pikirku bisa
menenangkanku dan mencarinya di setiap ruas lampu merah kota ini.
Karena kutahu, dia sangat suka musik, dan pasti dengan gitar
pemberianku dulu, dia akan mencari sesuap nasi di kota ini, surabaya.
Aku tak pernah merasa lelah, karena
kebahagiaanku semu tanpanya, seperti sekam yang terus akan tergerus
oleh angin. Aku terus saja bernyanyi sambil terus berharap dapat
menemukannya.
Hingga suatu malam, seorang sopir mobil
box memberiku sebungkus rokok ketika aku menolak dia memberiku uang
setelah ia memintaku menyanyikan lagu favoritnya.
“suaramu bagus dan aku suka, naiklah,
aku ingin mentraktirmu. Langsung naik ke box belakang, buka aja
kuncinya”
“Iya bang...”, kupikir kenapa tidak
aku makan dengan sopir yang terlihat baik ini
tak kunyana, setelah aku membuka box,
dan masuk ke dalam. Di antara karton-karton mie instan, aku lihat
seseorang yang tidur, seseorang yang tak asing, dan aku yakin ini
pasti ia yang selama ini kucari.
Perlahan aku bangunkan ia, “Adi,
bangun, benarkah ini kamu? Adi.....”
dia terkejap dan langsung memelukku,
kami menangis berpelukan, tanpa aku rencanakan, adik kesayanganku
yang dibuang oleh ibu tiriku, akhirnya kutemukan, setelah pencarianku
tanpa lelah, di setiap sudut lampu merah di kota ini.
FF2IN1 @nulisbuku
Tags:
FlashFiction
0 komentar