UNTUK NAMA YANG TERDIRI EMPAT KATA
Walau hanya sederhana,
aku masih kesulitan mengeja. Seperti hujan yang terkadang sulit untuk
kuterka. Terkecuali ada angin yang berhembus, merona manja mulai
ujung rambut hingga telapakku yang sudah tak rata.
Dan walaupun hanyalah
terdiri dari empat kata, aku masih tak bisa lebur dalam aksara.
Karena, larik-larik yang kutemui dalam hadirmu, asing dan aku
terasing melayang serta terpias merah dalam wujud keragu-raguan yang
muncul di antara labirin-labirin jiwa. Hingga aku tak dapat merasa
pun tak dapat berucap, terhipnotis oleh kata magis di antara bibirmu
yang terkadang menimbulkan hasrat untuk mengadu, hingga aku dan kamu
membentuk aksara yang sangat kudamba.
Jika pena adalah jiwa,
dan lembar kertas adalah engkau yang menuntutku untuk kutulis tentang
bait senja, kumohon katakanlah padaku, bait-bait manakah yang
kaupilih di antara sekian pilihan yang pernah engkau dapati dari
selain sajak-sajak dariku? Dan aku akan membiarkanmu memilih, dan aku
tetap akan melihatmu memilih, untuk sebait kata yang mungkin akan
berarti untukku.
Memilih, adalah hak yang
kaupunya sebagai anugerah Tuhan yang dulu kau dapat, ketika Adam
masih berada di antara SinggasanaNya, dan ketika Hawa masih belum
digambarkan. Dan kubiarkan diriku menjadi salah satu pilihan yang ada
di matamu, di antara pilihan-pilihan yang hadir di sela-sela mimpimu
tanpa jeda. Semoga engkau memberiku kesempatan menjadi salah satu
pilihan itu.
Dan aku menahbiskan
diriku kepadamu untuk kau pilih dengan kaca mata jiwa, karena sesuatu
yang tak kasar harus dilihat dengan tak kasar pula. Hingga engkau
dapat merasakan genggamanku dalam wujud rasa yang ingin menyamakan
nalurimu naluriku. Merasakan manis dalam waktu yang sama dan
merasakan pahit dalam detak yang tak berbeda pula. Karena pahit
adalah suatu keadaan di mana ada manis di sekitarnya. Pahit dan manis
selalu satu karena bukanlah cinta jika tak mau merasakan keduanya.
Dan untuk nama yang
terdiri dari empat kata, biarkan aku mengambil kesempatan itu, tapi
hanya jika kau memberikanku kesempatan yang sama dengan derap-derap
langkah yang dulu pernah mengajakmu menyusuri setapak yang aku pun
tak ingin tahu. Untuk nama yang terdiri dari empat kata, akulah sang
bait yang mungkin kau tunggu, untuk kau tulis dalam surat-surat
abadimu, hingga tak ada lagi aku dan kamu, hingga tak kosong lagi
lembar-lembar kehidupanmu. Untuk nama yang terdiri empat kata,
bukalah hatimu, karena tak selalu angin yang menderu di sekitarmu
membuat rasamu pahit tak terkira, panas terik di sekitarmu membuat
kering sawah-sawah yang kau miliki.
Dan untuk nama yang
terdiri dari empat kata, biarkan aku mengeja namamu dan namaku dalam
satu kata bermakna, KITA.
(Untuk Nama Yang
Terdiri Empat Kata, Aku Menunggumu dalam Detak Jam yang bernama
Rindu)
Tags:
puisi
0 komentar