MALAM DI MUSEUM DOKTER


Lelaki itu, masih seperti kemarin malam, menyapu saat jam berdentang jam satu. Ah, aku jadi penasaran, siapakah ia? Aku mematung, di kursi panjang yang teronggok di pelataran museum, lebih tepatnya rumah tua yang dijadikan museum, bukan apa, hari ini suasana hatiku lagi tak baik, daripada aku semakin jenuh di kamar, aku ke warung kopi di depan museum.

Kupikir orang gila yang menyapu malam-malam begini, tapi tak mungkin dia orang gila. Itu dari senyuman kecilnya yang sepertinya mengarah padaku. Ya kepadaku, karena hanya aku di sini, bapak penjual kopi yang biasanya ternyata sudah tutup sejak tadi. Entah, biasanya dia sampai subuh hari, malam ini dia hanya sampai jam dua belas.

Kantuk yang menderaku hilang, setelah tadi jam dinding tua di atas bangunan ini berdentang, disusul seorang lelaki tua seperti kemarin. Kemarin dia hanya menyapu sebentar, dan pengunjung warung ini tak melihatnya sama sekali kecuali aku. Tapi kali ini, feelingku mengatakan dia akan lama, sebab warung ini sudah sepi, tak bertuan dan tanpa pengunjung.


Dia mengerling, dengan topi besar yang melingkari kepalanya, ah seperti dalam adegan film horor saja. Aku bimbang, terus mengikutinya atau diam saja. Hati kecilku ngeri, aku tak tahu, mungkin angin saja yang menambah suasana seram. Tak sadar dia menghilang di balik pagar dalam. Mengendap-endap aku berjalan, pelan berusaha tanpa bunyi. Aku mendengar derik pintu belakang, terus aja aku berjalan, sepertinya pagar tengah ini tak pernah dikunci. Tengok sana tengok sini tak ada penjaga sama sekali.
Pelan aku berjalan, tiba-tiba kudengar dengus kuda, logikaku masih jalan dalam kondisi seperti ini, mana mungkin di museum ada kuda. Belum aku masuk ke bagian tengah, terlihat cahaya kecil dari balik jendela kaca, aku tak memperdulikannya, setelah masuk di samping museum tiba-tiba.... “Booom..” seperti meriam yang ditembakkan dari belakang rumah. Aku terkesiap, kurapal doa apapun yang kutahu, ingin aku kembali, tapi sudah terlanjur masuk. Terdengar lagi bunyi kereta kuda dibarengi ringkikan tak jelas. Dari jarak dekat bisa kulihat, ada kereta tua yang tak terawat, tapi kereta itu terlihat tak ada yang menaiki.

Tiba-tiba terlihat bayangan di belakang, berjarak sekitar 200 meter di depanku, pak tua menggendong seseorang dengan darah menetes di dadanya, orang itu beratribut seperti pejuang. Bau anyir menusuk hidungku, agak susah aku bernafas.

Aku bertanya lirih “siapa?”
Tak ada jawaban, kudengar sayup minta tolong, “Tolong dokter, bertahun – tahun sesak di sini”

Dan Pak Tua itu muncul lagi persis di depanku menggendong anak kecil, sepertinya tak bernyawa, “Di bawah sini!!!!” katanya, aku pusing, kaget, takut hingga tak sadar aku jatuh.

Tepat pukul delapan pagi aku dibangunkan penjual warung kopi, yang ternyata penjaga di sini.
“Bangun nak, kok kamu tidur di tanah, ada apa? “

Aku mengejap, tersadar aku pingsan dari semalam. Setelah kuceritakan kejadiannya, penjual itu berkata, “Yang kamu temui adalah Dr. Saleh, seorang belanda, dulu ini adalah rumahnya, dan sampai sekarang tak pernah diketahui kuburnya, dialah penunggu museum ini”

setelah kuceritakan semua, termasuk pesan terakhirnya mungkin ada sesuatu di bawah tanah samping museum ini, aku pun pulang. Ah, takkan kuulangi lagi malam-malam di museum ini.

akhirnya naskah menjadi kontributor dalam kumpulan cerpen horor diterbitkan oleh "Meta Kata"
 

Share:

0 komentar