MY PICK-UP LINE TAK BERLAKU
Hari ini aku janji
bertemu, dengan seorang kenalan. Ya, hanya kenalan, yang kukenal di
dunia maya. Selama ini kita hanya bercakap melalui tulisan dan selalu
tulisan. Mulai dari sering berbalas-balas mention bahkan hingga
puisi. Kebetulan aku dan dia mempunyai Hobi yang sama, sastra.
Aku mulai menyiapkan
kata, sebelum datang di tempat yang kami tentukan, yaitu di taman
kota. Sebentar lagi akan bercakap
dengannya, percakapan langsung setelah beberapa bulan belakangan kami
selalu ber-mentionan. Percakapan
yang mungkin biasa bagi sebagian orang, dan menjadi luar biasa
menurutku. Percakapan yang sekarang membuatku berpikir keras pick-up
line atau kata pembuka yang
tepat harus kugunakan nanti. Mungkinkah bisa dimulai dengan, “Hei,
akhirnya ketemu juga” atau “Oh, ternyata inilah kamu”, bahkan
lebih ekstrem lagi, “Ternyata kamu cantik juga”, pujian yang
lazim dilakukan laki-laki kepada perempuan.
Ah,
sudahlah daripada berpikir keras, langsung aku menuju taman kota. Tak
berapa lama, aku lihat seseorang duduk di bangku taman, dengan baju
pink persis ciri-ciri yang kudapat di linimasa. Setelah mendekat,
tapi dia kok memakai earphone yang tak nangkring di telinganya, dan
ini bukan earphone biasa pikirku. Ah, sudahlah, dari pickup
line hingga earphone aku tak
pedulu, langsung aku mendekat kepadanya, agar segera tahu apakah aku
salah orang.
“Permisi
mbak, bener Reyhan?Yang di twitter?”, dia hanya mengangguk sambil
tersenyum.
“Kenalkan,
aku Hima, akhirnya kita bertemu”, dia masih tersenyum sambil
menuliskan sesuatu pada sebuah kertas, serta memasang earphonenya
kembali di telinganya. Ah, kupikir gila bener perempuan ini, atau aku
salah orang?
Setelah
kuterima kertas yang terlipat itu, segera aku buka, dan sangat
menggetarkan jiwaku, tertulis “Aku Bisu Mas, tapi aku masih bisa
mendengarmu dengan alat di telingaku, mohon maaf kalau tidak
berkenan dan aku memaklumi, salam kenal”
Mau
jatuh pingsan rasanya hatiku membaca ini, ternyata selama ini, selain gambar-gambar yang cantik menurutku, dia bisu, ah....
Tags:
FlashFiction
0 komentar